Translate

Minggu, 27 November 2016

Ujian Datang untuk Menguatkan


Assalamu'alaikum Wr.Wb.


Hay ukhti, apa kabar? semoga Allah selalu memberikan kesehatan..
Ukhti, apakah ukhti pernah mendengar kata "Ujian"?
Pastinya pernah dong, malah sudah tidak lagi asing ditelinga kita.
Ujian? Ujian biasa digunakan untuk kenaikan kelas setiap pelajar maupun mahasiswa.
Bahkan ujian digunakan untuk test dalam lamaran kerja.
Banyak ujian yang kita gunakan. Adalah untuk menuju tahap/ level selanjutnya.
Apakah kita berhasil melalui, atau justru akan kembali pada level sebelumnya dan atau akan tetap pada level saat ini.
Ukhti, istiqamah mu tidak akan berjalan mulus.
Karena itulah cara Allah agar kita dapat melewati sehingga kedepannya bisa lebih kuat dalam menghadapi setiap permasalahan.
Ukhti, akan ada halangan dan rintangan dalam perjalanan hijrahmu.

Disini izinkan saya sedikit bercerita sedikit mengenai perjalanan hijrah saya.
Tepat saat ini saya sedang dihantui kebimbangan.
Saya ingin istiqamah dengan menjauhi hal percintaan.
Sebelumnya saya adalah seorang muslimah yang masih tergiur dengan janji kasih sayang bermodus serius.
Hampir satu tahun saya menjalani kasih dengan pacar saya, yang saat ini dikatakan mantan pacar oleh orang-orang pada umumnya.
Setelah sekian lama saya berdoa kepada Allah untuk diberikan jalan agar dapat beristiqamah. Ternyata benar, Allah tidak mengabulkan dengan cara cepat tapi dengan cara dan waktu yang tepat. Meski dengan cara yang luar biasa.
Butuh waktu yang panjang untuk mengikhlaskan. Mengikhlaskan kehilangan.
Seperti lagu Cinta Postif oleh kang Abay.
Mengikhlaskan bukan sekedar melepas.
Mengikhlaskan berarti menyerahkan kepadanya segala keputusan dan menerimanya dengan penuh kesaadaran (Febrianti Almeera).
Begitulah lirik lagu yang sampai saat ini memotivasi saya agar tetap berada pada pendirian, istiqamah, InsyaaAllah.

Saya diberi ujian dengan luar biasa, hubungan yang awalnya didukung oleh semua pihak kini menjadi hubungan yang harus saya selesaikan.
Tidak saya pungkiri, saat sebelum saya mulai istiqamah. Dimana saya masih terikat status hubungan pacaran. Tak sedikit dosa yang telah saya perbuat. Kata orang, istilah pacaran islami.
Pacaran Islami?
Apakah ada istilah itu di dalam Al-Qur'an?
Tidak.
Sebab sudah jelas Al-Qur'an menegaskan 
“Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista dan sejelek-jelek jalan.” (Al-Isra`: 32).






Pacaran mendekati kita kepada hal yang mudhorot, meski bukan berarti tidak ada hal positif yang kita dapatkan. 
Dengan ujian yang Allah beri saat ini, saya percaya Allah sayang. Sebab Allah mendengar doa saya dengan mengabulkannya pada saat ini.



Hay ukhti, percayalah dengan setiap ujian yang Allah beri. Jangan pesimis, jangan berpikir sedikitpun bahwa Allah sedang menghukum.
Tidak, Allah hanya ingin kamu dapat menjadi pribadi lebih dewasa dan menjadikanmu wanita muslimah yang ingin terus taat. InsyaaAllah. Aamiin.

Baik, segini dulu cerita saya pada kesempatan ini.
Semoga bermanfaat. Syukron Katsiron ukhti yang telah bersedia mampir :)


Mohon maaf bila ada kata-kata rancu ataupun kurang berkenan, saya hanya seorang muslimah yang masih awam dalam penyusunan kata. hehe


Akhirussalam, Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamit Thoriq.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.




Selasa, 22 November 2016

Perjalanan Seorang Muslimah
Yuk Hijrah ukhti 🙋

Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Sebagai seorang yang memiliki sandangan gelar muslimah, saya ingin sedikit menceritakan perjalanan hijrah saya yang saat ini belum sempurna. Mudah-mudahan ukhti dapat mengambil pelajaran dalam kisah ini. Ambil positif, buang yang negatif. 

Saya bukan seorang alim yang biasa dikatakan oleh banyak orang. Saya hanya seorang hamba yang terus berusaha untuk taat kepada-Nya. Saya mungkin terlihat baik dimata banyak orang, namun tak sedikit yang menilai saya buruk.
Yang saya tahu saya hanya terus berusaha tampak baik meski terkadang saya banyak melakukan hal gila (eittss bukan hal ygang parah yaa, yaahh you know lah what i mean) sehingga beberapa orang bertanya mengenai saya.
Hmm..

Perkenalkan, saya adalah Seorang Muslimah yang diciptakan oleh Allah melalui perantara manusia. Saya anak dari seorang yang melahirkan saya yaitu ibu dan orang yang memberikan darah genetiknya kepada saya yaitu ayah.
Bila saya ceritakan mengenai kedua orang ini, mereka adalah orang tua yang paling luar biasa yang pernah saya miliki. Kerja keras mereka sangat berjasa bagi lahir hingga dewasa saya.
Bayangkan bila mereka tidak berjuang untuk mengupayakan kehidupan saya, mungkin saya sama seperti orang diluar sana yang memiliki orang tua namun meninggalkan anaknya demi kesenangannya pribadi. Mungkin saya termasuk anak yang telah ditelantarkan oleh orang tuanya.
Mereka tidak, mereka membesarkan dan membekali ilmu dari saya mengenal kata "MAMA" hingga saya mengerti arti pahit menjalani hidup di dunia.
Sampai saat ini saya belum mampu menjadi anak yang membanggakan. Meskipun begitu, mereka tak menyerah terhadap kekanakan saya yang masih berlindung di ketiak mereka. Yang masih selalu mengadu kepada mereka. Yang masih mengusap jempol mereka. Yang masih terus mengemis kasih sayang kepada mereka. Mereka baik, saya pun tidak pantas dikatakan telah berbuat baik kepada orang tuanya. 

Baiklah mari mulai dari perjalanan saya ketika saya di sekolah dasar. Saya bersekolah di sekolah dasar negeri di Batam. Saya masih seorang anak kecil yang hanya tahu ingin jajan yang enak-enak, yang murah dan ingin punya banyak teman. Saat saya duduk di kelas 1 hingga 2, saya belum mengenal arti teman karib itu seperti apa sampai saya menduduki kelas selanjutnya yaitu kelas 3. Dikelas 3 saya bertemu dengan seorang anak yang baik yang menurut saya ia bisa biajak bersahabat. Tidak salah, setelah saya membanting rasa malu, saya memulai percakapan dan mulai mengajaknya bersahabat ternyata ia menerimanya dengan tulus. Kami memang anak kecil, namun persahabatan kami tulus. Hingga kami menduduki kelas selanjutnya yaitu kelas 4 lalu 5. Dari sisi Saya pribadi mulai ada paksaan untuk menutup aurat yaitu tidak lain dari kakak laki-laki saya, saya tegas menjawab Tidak Mahu, jilbab itu panas, gerah, gaenak dipakai. Kemudian Allah menegur saya dengan penyakit. Saya dikenai penyakit cacar air pada saat itu, menyeluruhlah bentol-bentol keseluruh tubuh hingga wajah. Saya malu pada semua, muka saya penuh bentol. Akhirnya dalam diri saya ada hasrat ingin menutup sebagian wajah dengan berjilbab. 

Datanglah kesepakatan antara saya dan teman karib saya, sehari setelah saya mengenkan jilbab disusul lah olehnya.
Itu lah awal mula saya berani berhijrah.
Eitt, tahan.
Itu masih sekedar jilbaban biasa. Ke sekolah pakai, keluar dari rumah hingga ke warung dan ketempat lainnya masih belum mengenakan jilbab. Yaa setidaknya sudah ada kemauan untuk menutup aurat meski masih dilingkungan sekolah saja, ujar saya saat itu. (Hehe jadi malu menceritakan bagian yang ini).
Oke lanjut..

Berlanjutlah pada tingkat Sekolah Menengah Pertama, saya bersekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri di Batam. Setelah saya tamat dari sekolah dasar, memang saya ingin mengetahui banyak mengenai Islam. Tidak ada pertimbangan ingin memasuki sekolah lainnya. 
Bersyukurlah saya tidak salah memilih sekolah, saya banyak mempelajari ilmu mengenai Islam. Meski tak semua ilmu Islam ada disana. Ada Fiqih, Aqidah, Qur'an dan Hadits, dan lain sebagainya.
Semakin timbullah keinginan saya untuk berjilbab secara baik, yaitu menutup aurat bagian dada. Saya menjalani berjilbab dengan baik tidak seterusnya baik, terkadang bisikan syaitan berkata "jangan tutup bagian dada, cuma ke sekolah aja kok" itulah rasa malas berpenampilan baik saat itu. Terus seperti itu hingga saya memasuki kelas delapan. 
Di kelas delapan saya mulai membiasakan kembali mengenakan jilbab secara baik. Terbiasalah saat itu hingga masuk ke tingkat Sekolah Menengah Kejuruan. Namun belum secara penuh saya menutup aurat, sebab selain ke sekolah dan tempat yang jauh, saya masih berkeliaran tidak mengenakan jilbab.

Sampai saya memasuki SMK, perlahan saya mulai perbaiki lagi cara berjilbab saya.
Keluar rumah, tempat yang dekat maupun jauh mulai membiasakan mengenakan jilbab.
Masih ingat jelas dibenak saya, saat di SMK semua teman saya menilai saya adalah seorang yang baik yang mau menolong dan sabar kepada teman-teman yang lain. Saya bingung ketika salah satu dari mereka kaget ketika saya melakukan kesalahan dan kekeliruan dalam bertindak maupun berkata. Padahal menurut saya, wajar bila saya begini. Saya manusia, saya bisa diam dan saya bisa melakukan kesalahan.
Berlarut hingga kelulusan, mereka masih menganggap saya baik.

Berlanjut setelah kelulusan dan dimulai dengan dunia yang baru, yaitu perkuliahan.
......



Masih bersambung nih..
Ditunggu saja ya ukhti kelanjutannya hehe




Akhirussalam
Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamitthariq, Wassalamu'alaikum Wr. Wb.